Pengalaman dan Kejadian Unik di Kota Ambon

Andrey Ferriyan
3 min readSep 30, 2015

#travrelogue part 4

Kota Ambon adalah kota yang tergolong sejuk sekalipun dekat dengan pantai. Perasaan lebih terasa panas di Yogyakarta dibandingkan di Ambon, mungkin saya keliru. Tapi kota ini sangat nyaman dan terlihat tidak padat. Orang-orangnya pun ramah-ramah. Begitu sampai di bandara awal kedatangan ke kota Ambon saya disambut oleh Pak Stanley yang akan menemani kami selama di Ambon. Pak Stanley kemudian mengajak kami mencicipi rujak khas kota Ambon dekat dengan bibir pantai. Rujak Natsepa namanya. Hampir-hampir saya salah ucap dengan nestapa hehehe. Rujak ini tergolong nikmat apalagi ditemani dengan pemandangan indah di tepi pantai yang sejuk dengan suara deburan ombak yang menderu pelan.

Rujak Natsepa yang kami santap menggunakan bumbu kacang dengan gula merah. Adukan ulekan mungkin memang dibuat tidak lembut sehingga potongan-potongan kacang masih terlihat dan bisa kita santap.

Setelah selesai menyantap kamipun ke hotel dan beristirahat. Malam harinya saya makan masakan khas Ambon, seafood baronang panggang. Karena dekat dengan pantai mungkin jadi masakan khas Ambon adalah ikan-ikanan dan terlebih lagi saya juga pecinta masakan ikan. Ikan baronang memiliki tekstur kulit yang cukup padat dan kenyal akan tetapi dagingnya cukup banyak dan jika dimasak dengan tepat dapat menghasilkan rasa yang nikmat.

Pada hari kedua malam harinya saya makan nasi kuning di pinggir jalan. Saya juga agak heran malam hari ada nasi kuning. Biasanya kalau di Yogyakarta atau di kota-kota lain nasi kuning adanya pagi hari. Menurut penuturan Pak Stanley di kota Ambon pagi dan malam hari ada nasi kuning dan kebanyakan justru di malam hari. Nasi kuning yang enak saya habis sampai dua porsi hehehe.

Salah satu kejadian unik dan lucu adalah ketika sarapan pagi. Ini bisa menjadi salah satu pengalaman yang menarik dan menggelikan buat saya pribadi. Berikut kurang lebih adalah dialog antara saya dengan pelayan.

Pelayan: “Bapaknya mau sarapan apa?, ada bubur ayam, nasi goreng, roti toast”
Saya: “Roti toast ya… Apakah jus nya ada?”
Pelayan: <agak bingung celingukan> “maaf Pak kalau jus kena charge”
Saya: “Oh ya sudah saya kopi saja”
Pelayan: “Baik, Pak”
Saya: “Rotinya dapat berapa biasanya?”
Pelayan: “Dua Pak”
Saya: “Saya minta empat ya”
Pelayan: <terperanjat> “sebentar saya tanya dulu, Pak”
Saya: <tersenyum> “Baiklah”
.
.
.
Ada dialog antara pelayan dan bagian restoran yang terdengar sangat jelas. “Seng bisa itu!”. Mungkin kaget banget saya minta empat lembar roti, hahahah. Pelayan kembali dengan kikuk sebelum mengucapkan kata-kata langsung saya sampaikan.

Saya: “Kalau nggak bisa nggak apa-apa” <sambil tetap tersenyum>

Pengalaman ini menjadi sangat menarik karena si pelayan sangat terlihat jelas terkejut terlebih lagi ketika saya mengatakan minta empat lembar, hahaha. Maafkan saya. Kemudian ditambah dialog antara si pelayan dan dengan pihak restoran yang terdengar sangat jelas. Hehehe. Anyway terima kasih atas pelayanan yang diberikan dengan semaksimal mungkin. Salut saya dengan keramahan mereka.

--

--

Andrey Ferriyan

Network Security Enthusiasts, Founder of ATSOFT Teknologi